Sabtu, 10 November 2012

Kronologi Jatuhnya Inggris ke Tangan Pemodal Yahudi

Kronologi Jatuhnya Inggris ke Tangan Pemodal Yahudi Internasional [1649 - 1694]

King Edward I

Edward I adalah raja Inggris pertama yang berani mengusir orang-orang Yahudi dari negerinya. Peristiwa itu memancing para tokoh Yahudi di Perancis, Belanda, Jerman, dan Inggris untuk mengadakan kekacauan untuk menggoncang seluruh Inggris. Langkah pertama yang mereka tempuh adalah menciptakan perpecahan antara raja Inggris dan pemerintahnya, dan di sisi lain antara pemerintah dan gereja. Konspirasi Yahudi Internasional mulai menyemprotkan racun dengan konsep-konsep kontroversial di kalangan politik dan gereja di Inggris, sehingga negeri itu terjebak ke dalam pertikaian intern antara pemerintah dan para tokoh gereja. Bahkan rakyat Inggris sendiri terbelah menjadi sekte-sekte yang saling bermusuhan, yaitu antara Protestan dan Katolik. Kemudian kelompok Protestan sendiri terbelah menjadi dua kelompok. Sedang biang kejadian pergolakan yang memporak-porandakan bersembunyi dibalik layar.
Kemudian ketika Charles I menduduki singgasana sebagai raja Inggris, dan terjadi perselisihan dengan parlemen, seorang pemilik modal Yahudi berkebangsaan Belanda bernama Minasbech ben Esrael mendapat peluang untuk menghubungi panglima kenamaan Inggris Oliver Cromwell, menawarkan sejumlah besar uang untuk membiayai sebuah rencana rahasia yang bertujuan menggulingkan tahta kerajaan Inggris. Cromwell menerima baik tawaran itu. Selanjutnya ia bergabung dengan para anggota pemilik modal Yahudi internasional lainnya, untuk melaksanakan rencana tersebut.

Oliver Cromwell

Keterlibatan Lord Cromwell dalam persekongkolan Yahudi Internasional diungkapkan oleh Alfred Douglas dalam majalah mingguan Plain English edisi 3 September 1921. Ada dokumen berupa sebuah surat rahasia berbahasa Jerman yang dikirim oleh Lord Cromwell kepada pimpinan perkumpulan Yahudi Ebenz Brant yang berbunyi sebagai berikut :
"Kami akan mendukung setiap imigrasi Yahudi ke Inggris sebagai imbalan atas bantuan keuangan Yahudi yang telah diberikan. Namun hal itu nampaknya mustahil, selama raja Charles masih hidup. Sedang menghabisi hidup Charles lewat pengadilan juga tidak mungkin. Saat ini kami tidak mempunyai landasan yang cukup kuat untuk menuntutnya dengan hukuman mati di pengadilan. Satu-satunya jalan yang bisa kami sarankan adalah dengan jalan membunuhnya. Akan tetapi, kami juga tidak bisa memberikan jalan, bagaimana cara membunuhnya, kecuali menyewa pembunuh bayaran profesional. Kemudian kami akan membantunya dalam melarikan diri ke luar Inggris."
Surat Cromwell di atas dibalas oleh Ebenz Brant sebagai berikut :
"Kami akan mengulurkan bantuan finansial yang dibutuhkan, jika Charles telah digulingkan, dan orang-orang Yahudi diterima di Inggris. Percobaan membunuh Charles adalah langkah yang berbahaya. Jalan terbaik adalah dengan taktik yang membuat Charles melarikan diri. Pada saat itu Charles harus ditangkap dan diajukan ke pengadilan untuk dihukum mati. Setelah itu, uluran bantuan kami akan segera mengalir. Berbicara tentang syarat-syarat, sebelum dimulai pengadilan itu tidak akan banyak gunanya."
Sudah bisa diperkirakan mengenai peristiwa yang bakal terjadi, setelah terbunuhnya Raja Charles tahun 1649 hingga berdirinya Bank Inggris tahun 1694, yang di antara periode itu hutang nasional kerajaan Inggris telah naik sampai tingkat yang mencemaskan. Untuk lebih jelasnya, kita lihat kronologi peristiwa sejak meninggalnya Charles sebagai berikut :
1649 : Cromwell menyerbu ke Irlandia dengan mengandalkan dukungan finansial dari para pemilik modal internasional, sehingga api pertikaian berkobar antara orang-orang Irlandia yang beragama Katolik, disebabkan oleh penderitaan mereka akibat serbuan Inggris yang membawa bendera Protestan.
1650 : Pemberontakan meletus terhadap Cromwell di bawah panglima Inggris Son Trous, tapi bisa dipatahkan, dan pemimpin pemberontak itu ditangkap.
1651 : Charles 11 putra raja Charles I memerangi Cromwell, tapi tidak berhasil, dan kemudian ia dibuang ke Perancis.
1652 : Inggris terlibat perang melawan Belanda.
1653 : Cromwell mengumumkan diri sebagai penguasa mutlak dengan gelar
The Lord Defender of Great Britain.
1654 : Inggris terlibat perang di Eropa lagi.
1656 : Pergolakan koloni Inggris di Amerika, yang kemudian lahir Negara
Amerika Serikat.
1657 : Cromwell meninggal dunia, disusul dengan penobatan putranya, Richard sebagai penguasa Inggris.
1659 : Richard jemu dalam persekongkolan dengan Yahudi yang berkepanjangan, kemudian ia mengundurkan diri dari pemerintah.
1660 : Jenderal Monk dari angkatan bersenjata Inggris menduduki London, kemudian mengangkat Charles II sebagai raja Inggris.
1661 : Skandal persekongkolan antara Cromwell dan para pemimpin Yahudi terungkap, dan menimbulkan reaksi menggemparkan di London. Makam Cromwell diserbu oleh massa, dan dibongkar sebagai pelampiasan kemarahan mereka.
1662 : Pertentangan agama antara sekte Kristen Protestan; dan penindasan sekte yang menolak untuk tunduk kepada gereja resmi Inggris, yaitu Gereja Anglikan.
1664 : Inggris terlibat perang lagi melawan Belanda.
1665 : Krisis ekonomi melanda Inggris, yang menimbulkan pengangguran dan kelaparan di kalangan rakyat. Juga di tahun itu terjadi musibah kebakaran besar yang menghanguskan sebagian besar kota London, disusul kemudian berjangkitnya wabah penyakit lepra.
1666 : Inggris terlibat perang melawan Belanda dan Perancis.
1667 : Gerakan sabotase rahasia yang digerakkan oleh orang-orang Yahudi muncul kembali dikalangan elit pemerintah, yang dikenal dalam sejarah Inggris dengan sebutan Kabala, sehingga muncul gelombang baru dalam penindasan agama dan politik di Inggris.
1674 : Program baru yang dilakukan oleh kelompok Konspirasi Internasional menggunakan dan menampilkan peran baru dan para kaki tangan baru pula, dengan menghentikan perang antara Belanda melawan Inggris. Langkah pertama adalah mengorbitkan William Straad Holder untuk menduduki panglima tertinggi angkatan bersenjata Belanda, dan mendapat gelar Duke of Orange. Setelah itu, mereka mengatur skenario untuk bisa mempertemukannya dengan Lady Mary, putri pewaris tahta kerajaan Inggris, yaitu Duke of York.
1677 : Pernikahan putri Mary dengan Duke of Orange, yang berarti mendekatkan singgasana Inggris dengan Duke of Orange tersebut. Dan tabir penghalang yang membatasinya hanyalah keberadaan Charles II dan Duke of York. Maka kalau kedua orang itu bisa dienyahkan berarti singgasana Inggris berada di tangannya.
1683 : Usaha Konspirasi untuk membunuh Raja Charles II dan Duke of York.
Akan tetapi, persekongkolan tersebut gagal.
1685 : Charles II meninggal dunia. Duke of York menaiki tahta kerajaan Inggris dengan gelar Raja James II. Kemudian tersiar desas-desus luas yang diatur oleh Konspirasi Internasional untuk menentang raja baru itu pada saat penobatannya. Dan Duke of Mouth Moot terlibat pertempuran menentang raja baru, tapi tidak berhasil, dan ia sendiri ditawan, lalu dihukum mati pada tanggal 15 Juli 1685. Sebagai buntutnya, terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap para penentang raja. Sementara itu, kekuatan Konspirasi Yahudi terus mengipas angin kebencian rakyat terhadap raja, sebagai upaya untuk memberi jalan lapang bagi Duke of Orange menuju singgasana Inggris.
1688 : Kekuatan Konspirasi merintis satu langkah baru, setelah melihat perkembangan situasi yang terjadi di Inggris, yaitu mengatur penyerbuan yang dipimpin oleh pangeran William of Orange itu dari Belanda, dengan dukungan kapal-kapal laut pada tanggal 5 November menuju pantai Turbay, sehingga memaksa Raja James II turun tahta, dan meninggalkan Inggris menuju Perancis. Rakyat telah termakan oleh isu yang diatur sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi lain disebabkan karena tindakan pembersihan besar-besaran yang dilakukan oleh raja James II terhadap para penentangnya, setelah gagalnya pemberontakan Duke of Mouth Moot. Disamping itu, kepribadian James sendiri juga telah ikut andil sebagai penyebab keruntuhannya.
1689 : William of Orange dan putri Mary sang permaisuri mengukuhkan diri sebagai Raja dan Ratu Inggris. Berhubung mantan Raja James II itu beragama Katolik, maka rakyat Inggris yang beragama Katolik berusaha mengembalikan James menjadi raja mereka. Dan kekuatan Konspirasi memunculkan William of Orange sebagai pahlawan Protestan. Dan benar, Raja James kembali ke Irlandia, sebuah negara bagian Inggris raya yang beragama Katolik pada bulan Maret tahun itu. Pertempuran sengit pun tidak bisa terhindarkan antara mantan raja dengan pasukan William of Orange pada 12 Juli 1689. Dengan kata lain, pasukan Katolik perang melawan pasukan Protestan.
Sampai sekarang, orang Inggris tetap memperingati peristiwa perang tersebut tanpa menyadari, bahwa sebenarnya yang terlibat dalam perang itu merupakan mainan yang dibuat olah para pemilik modal Yahudi Internasional yang bertujuan menguasai ekonomi dan politik Inggris sejak tahun 1640 hingga 1689. Inggris merupakan super power dan merupakan titik temu kekuatan ekonomi Eropa. Maka untuk melangkah pada tahap yang paling menentukan bagi rencana Konspirasi Internasional adalah mendirikan lembaga keuangan Inggris, dan menanam modal mereka pada ekonomi nasional Inggris, yang sedang memikul beban pinjaman besar akibat perang yang dirancang oleh mereka sendiri.
Dalam waktu 4 tahun, hutang nasional Inggris, yaitu sejak tahun 1694-1698, melonjak dari £ 1.250.000 menjadi £ 16 juta. Ini disebabkan keterlibatan Inggris dalam berbagai peperangan di Eropa. Kemudian kekuatan Konspirasi Internasional menggelar jeratnya lebih jauh lagi, dengan menyalakan api peperangan yang dalam sejarah Eropa dikenal dengan Peperangan Spanyol Berkepanjangan.
Kronologi peristiwa sejarah menunjukkan kepada kita sampai pada saat meletusnya Revolusi Perancis tahun 1789, bagaimana Inggris bisa terjerembab dalam lilitan hutang hingga mencapai £ 885 juta pada tahun 1815. Adapun tahun 1945 hutang tersebut telah mencapai angka mengerikan, yaitu £ 22.503.532.372. Sedang jumlah bunga yang harus dibayar pada tahun 1945-1946 mencapai angka £ 445.447.841.

 Dikutip dari Buku Yahudi Menggenggam Dunia oleh William James Guy Carr.
[sumber;satumedia.info]
◄ Newer Post Older Post ►